Stmik Akakom Yogyakarta
PKL Akakom 2019
-Takkan Lama Lagi-
Pagi pagi udah turun hujan aja. Langit jogja pasti tahu kalau sebentar lagi aku dan teman teman akan meninggalkannya dan entah kapan kembalinya saja aku belum tau pasti. Aku perhatikan setiap angin menghempas awan yang penuh dengan puluhan kilo mungkin debit air yang dicurahkan hingga memercik ke kaca jendela di kos ku. Aku masuk ke imajinasiku sendiri, seperti masuk ke dunia yang aku bisa buat alurnya sendiri, aku bisa merubah aku bisa mensetting ending mau gimana. Ah dasar pikiran mendayu dayu menghampiri ku seketika. What? Apa ini? Sudahlah abaikan. Oke disini aku mau cerita sedikit tentang interview kemarin. Aku yang nggak tau kalau hari kemarin mau interview sedikit speechless entah apa yang membuat perasaan itu muncul. Ya wajar feeling ku hari tes materi, dan aku sama sekali nggak belajar belum memperdalami materi materi dan itu yang membuatku nggak siap. Ditambah lagi disini yang interview hanya yang perempuan secara deva sama enggak enggak masuk. Kenapa harus kemarin kenapa nggak kemarin waktu aku ijin setengah hari?. Entah aku nggak ambil pusing itu.
Disaat kami berempat berhadapan dengan mentor rasa biasa seperti hari hari bisa. Aku punya feeling mungkin mentor seperti ini supaya mereka membuat kesan buat anak pkl, apalagi kalau buat anak orang nangis pasti suatu kepuasan sendiri. Mungkin lo ya, tapi ya nggak tau. Kembali lagi itu cuma feeling ku. Soalnya backstory aku juga seneng kayak gitu, ada kepuasaan sendiri dengan mendesak seseorang dalam konteks perdebatan sehat loh ya, seneng banget apalagi sampai nangis. Entah itu sikap yang benar atau salah yang pasti aku suka. Aku sudah bilang sama temanku bertiga intinya jangan sampai kalian nangis di depan mentor. Mereka siap siap. Oke aku tenang karna kita udah komit baren. Giliran pertama teman ku nindy masuk. Sekitar 15-30 menit mungkin mereka ada di dalam entah apa yang mereka perbuat. Tiba tiba teman ku anggi bilang kalau ada suara pulpen seperti dibanting terus, kursi. Aku bicara dalam hati "Ah basi, paling manipulasi biar buat yang diluar tambah tegang." setelah 30 menit keluar nindy dengan air mata tertumpah di wajah tak sampai ada kulit kering di mukanya. Apa yang terjadi? Ketenangan ku sedikit keusik. Apa komitmen tadi? Kata apa yang membuat teman ku ini sampai berlinang air mata. Setelah itu giliran pratiwi masuk ke ruang eksekusi itu wkwk bahasanya. Aku positif thinking masih lama. Sekitar 8-10 menit keluar dia dengan menahan bendung air mata di kantung matanya. Aku kira mau ambil atk atau apa ternyata giliran ku. Lah? Perbandingannya enggak fifty fifty, seharusnya ini aku juga lebih cepat, berhubung juga waktunya sudah sore. Awal masuk biasa, aku santai ketika ditanya materi aku jawab seadanya yang aku tau, kalo aku nggak tau ya aku jawab nggak tau. Hanya perdebatan perdebatan yang menurutku nggak akan ada ujung nya dengan mentor hari kemarin. Aku masih tegar, aku masih bisa mengontrol diriku. Tapi seketika ketika ditanya tentang angka nilai, aku hampir meneteskan air mata. Nggak yang aku pikirkan, apa sebegitukah pengorbanan nilai untuk kenaikan kelas. Ketika disinggung naik kelas atau tidak demi nilai pkl ini, yang aku pikirkan cuma satu. Orang tua sudah menyekolahkan sampai detik ini dan hanya karna aku yang belum mampu memperjuangkan nilai rela merelakan ini semua. Tapi aku tahan karna aku juga sadar kalau selama tiga bulan ini aku juga belum bersungguh sungguh dan menyia nyiakan ilmu yang selama ini dan jujur ketika aku tahan semuanya akhirnya aku tak bisa menahan, baru yang ketiga ini aku menangis untuk perjuangan tentang hal semacam ini dan basic penyebab masih sama tentang orang tua di depan orang umum. Oke ini seharusnya blog kemarin tapi aku tulis hari ini, hari ini juga sama kayak kemarin hari hari. Oke pesan blog ku hari ini, Apa harus dengan teguran terlebih dahulu baru bisa terbentuk!. Oke sekian terimakasih.